Senin, 25 Juni 2007

MASALAH GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

MASALAH GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Oleh : Admin

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.

Anak Sekolah Dasar merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Setelah kurangnya asupan gizi seimbang ketika bayi di dalam rahim ibu atau sebaliknya ibu yang mengalami kekurangan zat besi, secara bersamaan akan sangat rentan untuk meninggal. Bagi Balita yang dapat survive, akan terus mengalami ancaman hidup atau beresiko besar untuk tumbuh dan berkembang pada proses kehidupan berikutnya. Jelaslah kualitas SDM generasi berikut tidak lebih baik dari pada tahun sebelumnya di samping kemampuan IQ nya pun berada di bawah rata-rata anak-anak normal.

Besarnya Masalah Gizi Kurang Pada Anak Sekolah

Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi. Sepanjang tahun 2007 prevalensi gizi kurang pada anak sekolah dasar mencapai 30,1% anak usia sekolah di Indonesia, gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan dengan rincian 10% anak SD yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar gondok masih diderita oleh 9,1% anak SD, Kurang Vitamin A (KVA) diderita oleh 3% anak SD dan Anemia gizi besi diderita oleh 8% anak SD

Besarnya Masalah Gizi Lebih Pada Anak Sekolah

Gizi Lebih sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan (Garrow, 1988). Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan Gizi Lebih meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian Gizi Lebih di negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara berkembang Gizi Lebih justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.

Sampai dengan saat ini belum ada data nasional tentang Gizi Lebih pada anak sekolah dan remaja. Akan tetapi beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar di pulau jawa menujukkan bahwa prevalensi Gizi Lebih pada anak SD mencapai 4 % di Jawa Tengah, 6% di Jawa Barat dan 3 % di Jawa Timur

Masalah Gizi Pada Anak Sekolah Dasar_

Masalah kurang gizi yang sering ditemukan dan berdampak pada prestasi belajar dan pertumbuhan fisik anak SD antara lain Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A

a) Kurang Energi Protein (KEP)

Suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari yang dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan konsentrasi belajar.

b) Anemia Gizi Besi

Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia gizi besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5 L) dan mengurangi daya serap otak terhadap pelajaran.

c) Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah GAKY pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY adalah anak menjadi lamban dan sulit menerima pelajaran.

d) Kurang Vitamin A (KVA)

Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah menurunya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit. Disamping itu vitamin A terkait dengan fungsi penglihatan.

PMT-AS

Konon, tingginya angka putus sekolah murid SD di Indonesia diduga karena kekurangan gizi, sebab mereka hampir tidak pernah sarapan pagi. Kondisi ini akan menurunkan kadar gula darah sehingga droping energi berkurang untuk kerja otak. Untuk mempertahankan kadar gula darah normal, tubuh memecah simpanan glikogen. Bila stok ini habis, tubuh akan kesulitan memasok jatah energi dari gula darah ke otak, yang akhirnya mengakibatkan badan gemetar, cepat lelah dan gairah belajar pun menurun.

Tingginya prevalensi kurang gizi pada anak usia SD berkorelasi dengan jenis makanan pendukung PMT-AS. Hasil penelitian menunjukkan jenis makanan kudapan pendukung PMT-AS didominasi produk olahan nabati. Meski ada bahan yang digunakan berasal dari hewani dan ikani-seperti daging, susu, telur, mentega, dan udang, pada jenis makanan kudapan lepat jagung, tahu isi, bakwan sayur, perkedel kentang, lepat ubi, pastel sayur, dan bolu ubi, namun jumlahnya relatif kecil. Ini menyebabkan rata-rata kandungan protein dalam menu PMT-AS hanya 3,76 gram. Demikian juga kandungan energinya, diperoleh rata-rata 228,14 kalori. Padahal, agar dapat diterima sebagai makanan kudapan pendukung program PMT-AS, produk itu harus mengandung lima gram protein, 300 kalori energi, dan sejumlah vitamin (terutama vitamin A), dan zat besi

Kenyataan ini menunjukkan, makanan pendukung PMT-AS belum efektif untuk mengatrol kecerdasan anak sekolah. Kualitas PMT-AS, dari aspek ketersediaan protein, baru mencapai 75,20 persen, sedangkan dari aspek ketersediaan energi baru mencapai 76,04 persen. Fenomena ini menjadi suatu ironi makanan tambahan yang selama ini diharapkan sebagai "paspor" anak sekolah menuju masa depan, ternyata belum memenuhi syarat gizi minimal.

Kepustakaan

1. WHO.2006.Nutrition for Health and Development.WHO, Geneva;

2. Unicef.2005.The State of the World’s Children 2005. Unicef, New York.

3. ACC/SCN. 2007. Fourth Report on The World Nutrition Situation. WHO, Geneva

4. Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman PMT-AS

5. Web http://www.gizi.net dan linknya.

Tidak ada komentar: